Puisi Pagi Hari

I

Puisi ini ditulis pagi sekali
Saat kabut abu-abu masih menyelimuti, bekas hujan semalam.
Hujannya kaum tuna asmara.
Karena iri, melihat mereka bersuka-ria.

II

Puisi ini ditulis pagi sekali
Saat ibu-ibu berkeringat beku.
Menanak nasi di atas tungku.
Sambil menolak kantuk setelah suntuk.

III

Puisi ini ditulis pagi sekali
Saat bubuk kopi masih tersimpan rapi dalam lemari.
Gula masih bersemut saling berebut.
Sedang air masih dingin-dinginnya,
Belum sempat mendidih,
meletup letus kepanasan.

IV

Puisi ini ditulis setelah pagi
Dimana kabut telah hilang wujud.
Ibu-ibu telah beres menunaikan fardlu.
Bubuk kopi, gula, serta air dingin.
Telah bersetubuh untuk diseduh.

V

Puisi ini ditulis untuk menyambut pagi.
Bukan pagi sekali
Bukan pula setelah pagi
Tapi pagi menurut kita sendiri.


April 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hujan yang Tak Pernah Kembali

Sajak Sundak

Apa itu merdeka? 2