Tercipta untuk Setia
Aku, bukan sebenarnya aku. Ini hanya sebuah keber-aku-anku. Ialah orang yang tak pandai dalam urusan asmara. Jangankan asmara. Untuk memandaikan diri pun. Sulitnya minta ampun. Dalam banyak hal, sering merasa tak percaya diri. Entah kenapa bisa begitu. Padahal dalam benakku, tentu aku mampu melakukan hal-hal tersebut. Sebuah kepercayaan diri hanya mau tumbuh dalam benak. Tak mau bergerak. Keluar dan menggertak. Sekali saja kepercayaan diri itu keluar. Malah membuatku begitu congkak. Tentu sangat merugikan banyak pihak. Maka aku juga masih bersyukur dengan hal tersebut.
Kembali ke topik dimana aku menyebut sebuah lafal yang bagi sebagian orang tabu. Mmm, bagi yang tuna asmara saja sih. Ya, asmara. Cinta. Tresno. Hubb. Semua sama saja. Tinggal kita memaknainya bagaimana.
Dari awal aku bilang bahwa aku tak pandai dalam urusan asmara. Bukan berarti tak memiliki sesuatu yang lazim disebut doi. Menurutku istilah doi seharusnya tak melulu dia yang sedang menjalin hubungan keterikatan denganmu saja. Coba kita buang jauh-jauh anggapan itu. Bisa saja yang disebut doi dialah seseorang yang diidam-idamkan. Atau aku saja yang minim membaca sehingga salah kaprah dalam menjelaskannya? Mungkin saja.
Nah, sebetulnya aku muter-muter terus menulisnya. Sorry, oke. Kembali ke judul. Ya. Tercipta untuk Setia. Sebuah kalimat yang terdengar mellow. Yang tercetus dalam obrolan via aplikasi pesan dengan teman. Tentu, jika kita memahami maksudnya dengan baik. Kalau didramakan, kalimat ini bisa berisi kisah tentang seseorang yang sulit sekali melupakan seseorang yang sudah begitu terukir di hatinya. Entah itu kekasih, mantan, semacam teman nongkrong, atau orang yang sedang dalam tahap pendekatan. Aku ambil sampel mantan. Bagaimana aku sulit menerima pemutusan hubungan secara sepihak misalnya atau suatu hal-hal yang membuat hubungan kandas. Sakit.? Jelas dong. Mau coba? Boleh.
Berangkat dari respon negatif yang aku lakukan, merasa tidak terima dan sebagainya. Sehingga menimbulkan istilah 'sulit move on'. Ini salah satu poinnya yang kemudian mendorong kita mencari pelampiasan ataupun pelarian. Dengan harapan mampu move on dari si mantan. Dalam pelarian atau pelampiasan tersebut. Muncul masalah baru, si target baper katakanlah. Sedangkan aku? Masih sulit jatuh cinta. Ini sial banget kalau benar-benar terjadi. Sulit move on dan sulit jatuh cinta lagi. Serasa dikutuk oleh kesetiaan, bukan? Atau malah TERCIPTA UNTUK SETIA? Kenapa bisa begitu? Jelas dong, aku tercipta untuk si mantan. Ya hanya orang itu.
Kemudian aku gelisah. Gusar. Cari solusi dari para pakar cinta dan mempelajari paham BUCINISME. Baca buku ini itu. Semua masih angkat tangan. Belum menemukan vaksinnya. Akhirnya aku 'ngetek' lagi kepada si mantan. Labil banget kan? Dia dingin? Wajar, sudah ada yang baru lah.
Dengan melasnya minta perhatiannya setengah mati. Kemudian terlontar sebuah kalimat pamungkas berharap dia berbelas kasih.
"AKU TERCIPTA UNTUK SETIA"
Komentar
Posting Komentar