Postingan

Kabutnya si Badut

Akulah tuan rumah segala malam. Malam yang dingin, sepi, hening, basah, kaku, atau kacau. Dasar malam-malam yang tak pernah berlaku indah! Oh, Lalu sebagai tuan rumah malam yang penuh gelora. Gelora yang selalu kau simpan di sebelah tangan. Hati mana yang tak penasaran? Sial sekali, tangan kita mungkin tak akan pernah saling mengasihi. Di selangkang langit dan bebintang yang berselingkit. Masih terperangkap oleh cinta yang runtuh dan menghantam kesendirian. Kau taruh sebelah tanganmu dalam saku, dalam sekali. Sembari menggenggam gelora yang tak pernah terlihat mata. Lengkung bibirmu, lesung pipimu, perlahan mulai pudar. Semakin malam. padam. Keheningan langit yang luas. Membangkitkan isak, teriak, dan parau dari rongga kesedihan. Lalu, Kau pukuli dadamu yang rapuh itu. Tega sekali tangan dan jemarimu begitu. Runtuhlah seluruh kenangan yang kau simpan di dalamnya. Suara runtuhnya bahkan membuat merinding sepi. Sepi ciut nyali. Apakah ria telah kehabisan waktu? Atau malah terlalu b...

Romeo Terakhir

Seperti Romeo Julia yang lain, kita menjadi kisah roman tragis tak berujung. Menjadi opera nyata ribuan mata. Pengabaian besar dan perjuangan melawan penolakan mutlak. Kau juga tahu, kekuatanku sebatas bersamamu, mengontrol jiwa dan pikiranku. Jika angin telah berubah arah, dan Ia menujumu. Percayalah! Angin membawa seluruh cita sepanjang jalan.  Menyeka segala kekhawatiran. Aku tak pernah mengira dunia menciptakan dirimu dibanyak cerita lawas utamanya. Suatu ketidakadilan bagi seluruh jiwaku yang memuja dirimu harus mengakui Romeo-Romeo sebelumnya. Seperti memakan semua biji sekantong penuh. Tentu lidah dan kedua bibirku menolak kenikmatan selain dirimu seorang. Cium aku, cumbui aku! Menyatulah bersama peluh yang menghujani asa kita Hingga sampai pada waktu kita tidak bisa menyatu. Mengukur seberapa luas samudra dan laut biru. Membaca lagi cerita-cerita lama hingga melihat dan berdebat sebetapa indah merak daripada burung onta Atau memperkirakan takdir kita, cita atau duka.

Cinta

Adalah anatomi nan berparas Adalah setiap desas-desus nafas Adalah segala pikiran tanpa bias Adalah menyeluruh dengan ikhlas Seperti daun yang bergoyang dan tunduk Seperti singa yang memburu rusa Seperti anjing dengan lidahnya Seperti babi yang menggeliat di lumpurnya Adalah  Kesadaran dengan kewaspadaan Kesadaran atas kekosongan Kesadaran pada keramaian Kesadaran tanpa rumusan Ialah Berasal dari gumpalan Sebab gelombang yang bertabrakan Berupa silika cahaya Kosmos mereka biasa menyebutnya

Kesepian Bersama

Kita adalah kesepian bersama Mengitari tata surya yang sunyi, berdua Tak ada bintang-bintang, bulan, matahari, bahkan cinta kita. Demi seluruh apa kau berani menyerahkan diri kepada ketiadaan rasa?  Bukan sekedar miris, kekasih. Ini terlampau tragis. Sialnya, kita telah menyatu menjadi kenangan. Juga, kita terlalu larut sampai kalut. Sudah pasti, tak akan ada yang bisa menyelamatkan kecuali kita sendiri. Lalu, jika waktunya telah tiba, kita akan turun bersama. Entah sebagai hujan yang menghapus seluruh kesedihan kita, atau sebagai pelangi yang menghiasi harapan-harapan kita.

Rusuk-Rusuk Rusak

Berapa kali; Awan menyisir seluruh kesedihan yang kau terbangkan ke langit? Kenyataan bahwa ia tak pernah letih adalah pukulan telak terhadap harapan yang kau gaungkan kepada Penghuni langit. Seberapa dalam jua luka telah menganga, menjadi ngarai bagi rusuk-rusuk rusak. Adalah kabut; seluruh isak tangis telah menguap. Mengubur rusuk-rusuk rusak dari buruan koloni burung bangkai. Bahkan kabut tak rela, rusuk-rusuk akan lebih rusak lagi dan kecewa lagi. Rapuh; Lalu suatu waktu, jikalau kabut dengan terpaksa meninggalkan dan tak sanggup lagi membantu. Apakah rusuk-rusuk rusak itu menjadi buruan, atau malah menjadi debu dan memandikan seluruh permukaan luka menjadi padang pasir debu?

Sabana (Kedua)

Aku menghampiri Sing a  Mencoba berkompromi  Seandainya taring diganti saja  Dengan sinyal gelombang frekuensi Juga aku menyapa Surya  Mengapa sinarnya tak merasuk  Biasanya menyebar luas bukankah Ternyata sensor gamaku payah  Aku mengambil jeda antara singa dan Surya  Hampir ku teguk sebotol zam-zam Spontan teringat mereka  Bingung dengan opsi buatanku sendiri  Jika ku berikan pada singa  Perburuannya semakin seru  Tapi cara menghilangkan dahaga Surya  Bagaimana bisa?

Sabana (Kesatu)

Bukan gersang  Hanya tandus Tak terhalang  Mampus Congkak Surya  Dengan gagahnya  Mencela singa  Mengaum dahaga  Diantara singa dan Surya  Lamunan perjaka  Lebih utama  Kata tamtama  Sebab ketika murka  Ia lebih perkasa  Dari ribuan singa Bahkan surya